Brand Baru Jawa Tengah

Akhirnya Provinsi Jateng memiliki brand baru. Pencitraan itu tergambarkan dalam tagline ’’Central Java: Passion Strength Heritage’’ dan logo berupa gambar sumping atau hiasan telinga. ’’Passion’’ mengandung makna kreativitas, dinamika, keuletan dan ketekunan masyarakat Jateng dalam berkarya. ’’Strength’’ menggambarkan etos kerja keras, loyalitas, dan daya saing Jateng.


Adapun ’’Heritage’’ bermakna menjelaskan spiritualitas dan hubungan harmonis dengan alam yang berakar kuat dan melahirkan tradisi dan mahakarya budaya yang sarat makna, serta menjadi pembeda antara Jateng dengan wilayah lain.

Dengan demikian citra Jateng itu bisa disejajarkan dengan brand provinsi lain seperti ’’Yogyakarta (’’Jogja: Never Ending Asia’’), Bali (’’Bali: Shanti, Shanti, Shanti’’), dan Jakarta (’’Enjoy Jakarta’’). Nantinya brand baru akan diperkenalkan secara luas pada 16 Agustus bertepatan dengan peringatan hari jadi ke-58 Provinsi Jawa Tengah.

Kreator branding dari GTZ, Jana Marie Mehrtens dan Retno Tanding dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) mengatakan kesimpulan, tagline dan logo baru merupakan hasil masukan dari responden yang tersebar di Jateng. Mereka menyampaikan itu dalam softlaunching branding Jateng di Kantor Bappeda Jateng, Rabu (13/8).

Retno memaparkan, brand Jateng terbentuk setelah melalui serangkaian proses. Proses itu dimotori oleh sebuah tim yang mewakili stakeholder di Jateng, antara lain Bappeda, Kadin, Indonesian Marketing Association (IMA) Jateng, Suara Merdeka, beberapa dinas di bidang TTI (Trade, Tourism, Investment), serta Program RED yang didukung oleh GTZ.

Proses panjang itu, kata dia, meliputi identifikasi citra melalui riset, interview, konsultasi, focus group discussion (FGD), dan workshop yang melibatkan seluruh kabupaten/kota di Jateng. Guna memastikan bahwa proses pengembangan brand melibatkan komponen masyarakat yang lebih luas, survei dilakukan untuk menjaring masukan dan pendapat masyarakat.

Survei pertama dilakukan untuk mengembangkan profil citra dan serangkaian karakter yang oleh penduduk diasosiasikan dengan Jateng. Melibatkan 500 responden dari tujuh wilayah yaitu Semarang, Pekalongan, Tegal, Banyumas, Blora, Sragen, dan Magelang, diperoleh profil citra yang selama ini dianggap lekat dengan provinsi itu, yakni nyaman, harmonis, terbuka, bersahabat, dan ramah. Selain profil asosiasi karakter, ditemukan juga bahwa aspek yang menonjol dibandingkan wilayah lain di Indonesia adalah budaya, tradisi, sifat orang Jateng yang lembut, bersahabat ramah, fleksibel, dan aman.

Survei kedua, lanjut dia, dilaksanakan untuk mengetahui seberapa tinggi preferensi masyarakat terhadap alternatif slogan untuk brand Jateng. Survei itu dilakukan setelah kegiatan FGD tanggal 23 Juli lalu di kantor Badan Penanaman Modal Daerah Jateng.

Tim branding mempresentasikan enam slogan yang telah lolos uji tahap pertama. FGD tersebut dihadiri antara lain oleh perwakilan stakeholder di Jateng termasuk kalangan universitas, budayawan, seniman, dan media. Setelah FGD, keenam slogan tersebut kemudian disaring lagi hingga tinggal tiga, yaitu ’’Central Java: Passion Strength Heritage’’, ’’Central Java: It’s Magic!’’ dan ’’Central Java: More Than You Expect’’.

Masih menggunakan kerangka sampling dan daerah pengambilan sampel yang sama, lanjut dia, 500 responden diambil untuk menguji ketertarikan masyarakat terhadap slogan tersebut. Melalui survei internal, menunjukkan bahwa 60% responden memberikan preferensi untuk slogan ’’Central Java: Passion Strength Heritage’’. Slogan dengan preferensi tertinggi kedua adalah ’’Central Java: More Than You Expect" dengan proporsi 21%, sedangkan ’’Central Java: It’s Magic’’ mendapat 19%.

’’Responden baik dari turis maupun masyarakat lokal lebih menyukai ’Passion Strength Heritage’ karena kesannya kuat,’’ jelas Retno.
Soal logo, kata Retno, sebelum diputuskan gambar sumping, ditawarkan juga dua gambar lain, yakni canting dan gunungan. Ternyata reponden lebih tertarik pada sumping, serta warnanya dipilih hijau yang mencerminkan bersih, segar, dan muda.

Menurut Jana Marie Mehrtens, yang juga konsultan GTZ di bidang International Marketing dan Branding, brand tidak sekadar slogan dan logo. Namun merupakan paket yang lebih kompleks dan sesuai dengan profil, visi, dan strategi pembangunan ekonomi provinsi. Harapannya, brand akan mampu menciptakan citra baru yang mendorong pertumbuhan ekonomi Jateng melalui sektor perdagangan, pariwisata, dan investasi.

Konsisten

Menurut Steering Committee Branding (mewakili Suara Merdeka) Adi Ekopriyono, branding sama dengan roh. ’’Ia akan menjadi satu kesatuan yang tidak bisa lepas. Dalam masalah ini, branding tidak sekadar mengkomunikasikan, melainkan menjadi tanggung jawab semua pihak yang berkepentingan,’’ papar dia.

Dengan adanya branding baru, lanjut dia, Jateng harus punya nilai tawar dibanding daerah lain. Selain itu, apa yang bisa diciptakan baik oleh pemerintah, dunia usaha, asosiasi maupun warga, untuk menarik minat dunia luar.

’’Banyak branding muncul, tapi pada akhirnya gagal. Sebab konsepnya tidak jelas, nilai tawarnya tidak ada, upaya untuk menarik dunia luar juga tidak ada, sehingga pada akhirnya justru menjadi bumerang,’’ kata dia.

Karena itu, lanjut dia, Jateng harus konsisten, memiliki komitmen, dan terus melakukan evaluasi dalam menjalankannya. ’’Kunci sukses implementasi brand ada pada kepemimpinan, strategi, dan kreativitas,’’ pungkasnya.(H37,H7-62)

sumber :suara merdeka

5 comments:

Anonymous said...

hebat mudah-mudahan masyarakat Jawa Tengah bisa memahami dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari..sukses untuk Jawa Tengah..:)

Anonymous said...

yah.... jateng musti punya komitmen tinggi kalo mo maju.... hidup jateng.... he...he...

The Diary said...

wah...logonya keren mas...semoga jateng semakin maju....

Anonymous said...

wah boleh juga tuh jawa tengah. moga bertambah maju

Anonymous said...

logonya hotel banget..haha

Post a Comment

 
Kembali lagi ke atas